Sabtu, 28 Februari 2009

NASKAH TEATERKU

NASKAH TEATER

BALADA BARISAN MALING

( B B M )

KARYA :

DENDY RUDIYANTA

PARA PEMAIN :

  1. KETUA MALING
  2. MALING I / PAIJO
  3. MALING II
  4. MALING III
  5. MALING IV
  6. MALING V
  7. PAK PEJABAT
  8. AJUDAN I
  9. AJUDAN II
  10. PAK HUKUM
  11. PAK ATASAN
  12. RAKYAT I
  13. RAKYAT II
  14. RAKYAT III
  15. RAKYAT IV
  16. RAKYAT V

SINOPSIS

Kalau keadaan sudah menuntut dan kesempatan sudah terbendung. Pekerjaan apapun pastilah

akan dilakukan demi memenuhi kebutuhan hidup.Meski pekerjaan itu sebagai maling.Tapi,

kenyataan sekarang menjadi lain. Seperti sebuah barisan maling-maling yang sudah

merasa tidak punya kesempatan untuk menjadi maling. Karena pekerjaan itu, malahan sekarang

diambil oleh orang-orang yang dimata masyarakat dianggap sebagai pelindung, pengayom,

penegak. Justru sekarang mereka telah menjadi maling yang lebih berbahaya, lebih mengerikan

Lalu kita akan bertanya, dijaman ini siapa yang tidak jadi maling. Semuanya maling.

Naskah ini kupersembahkan untuk :

“ SEMUA YANG MENCINTAI KEBENARAN DAN KEJUJURAN “

BALADA BARISAN MALING

( B B M )

KARYA :

DENDY RUDIYANTA

BABAK I

ADEGAN I

SETTING : Sebuah hutan pinus yang sepi, nyenyet dan medeni.

( Datang sebuah barisan kelompok maling, begal, perampok, kecu dan lain-lain )

( Mereka berbaris bagai seorang perwira yang telah mengalahkan musuhnya )

Ketua Maling : Semuanya berhenti. STOOOOP !!!

( Mereka saling bertubrukan, karena perintah yang mendadak )

Ketua Maling : Gooouuubloook !!! SEETOOOPP !!! Mandeg kabeh !! Malah ndlujur wae!

Maling I : Aduuuh sikilku ojo tak idak !!! Matane ….!!!

Maling II : Sooorry, Jo. Ra weruh kalau itu kakimu, tak pikir kodok kethus, he. Jebulnya sikilmu, tho.

Maling III : Ha…..ha….ha. lha kakimu mirip kethus,he.Makanya, kalau naruh kaki jangan di situ, di sini ini lho naruhnya ( menunjuk ke arah hidung ) Untung durung tak gajul…

Maling I : Gajul matamu suwek kuwi !!!

Ketua Maling : Wouuu. Malah podho cerigis, wae ! Kalau tak perintah stop, ya stop !

Maling IV : Lha contoh saya ini, suruh berhenti ya berhenti. Maling teladan, he. Sudah dapat bea siswa, he.Saya kan juga anggota MPR.

Maling I : Apa itu, MPR ?

Maling IV : Maling Pilihan Rakyat….

Maling V : Hayo…hayo mbok diem semuanya, kalau si Boss sedang merintah mbok ya o manut, githu.Aku kan jadi gak enak sama si Boss.

Maling I : He…bencong. Diem kamu !

Maling V : Lho aku kan sudah diem dari tadi. Yang ngomong terus kan lambemu . Dasar maling katrok…!

Ketua Maling : Sudah…sudah. Sekarang semuanya berbaris yang rapi ! He..kamu Paijo. Siapkan barisan ! Aku mau berpidato.

( Maling I mencoba berlagak seperti seorang Komandan,yang sedang menyiapkan barisan )

( Adegan baris-berbaris diperagakan secara komedikal , lucu dan nganyelke )

Maling I : Semuanya siap grakkk !

( Semuanya siap )

Maling I : Berhitung, mulai !!

( Semuanya berhitung )

Maling I : Sudah saya siapkan , Bos. Silahkan berpidato, Boss !

Ketua Maling : Bagus…bagus. Semuanya manut-manut, ya. Lha gitu itu, kalau mau jadi maling yang professional itu harus siap dan taat perintah. Baik akan aku mulai, pidatoku.

“ Saudara-saudara maling yang saya hormati…..

Maling II : Bos…bos. Sebentar, Bos. Apa nggak sebaiknya kita cari makan dulu, Bos. Lha aku lapar banget, he.

Maling III : Walah, bocah iki durung pernah di-antil, kok. Mikir kok makan terus….

Maling IV : Betul itu.Bos, lanjutkan saja pidatonya.

Maling V : Lha kalau Si Boss sudah selesai pidato, baru kita cari makan.

Maling II : Aduh ciloko iki. Wis ngelih banget, he wetengku.

Maling IV : Ayo Boss, lanjutkan pidatonya !

( Ketua Maling dengan gayanya melanjutkan pidatonya )

Ketua Maling : Uwis. Semuanya sudah puas ! Terserah kalian kok. Ini padahal pidato yang sangat penting. Kalian kok malah nggambleh semua. Yo wis , kalau kalian nggak mau aku pidato. Mending tak mulih wae.

Maling I : Jangan githu tho, Boss. Gitu saja nesu, terus mulih….

Maling IV : Sudah tak bilangin tho. Si Boss itu gampang marahan, eee kalian malah ngomong wae. Ayo, Boss lanjutkan pidatonya !

Ketua Maling : Bener kalian mau mendengarkan pidatoku ini ?

Semuanya : Bbbeeeenneeerrr, Boss.

( Ketua Maling melanjutkan pidatonya )

Ketua Maling : Baik akan saya lanjutkan pidato saya. “ Saudara-saudara maling yang saya hormati. Sudah hampir puluhan tahun kita bekerja sebagai seorang maling. Sebagai seorang perampok, begal, kecu, pencopet dan lain-lain. Ini tak lain dan tak bukan karena kebutuhan kita. Hiya, kebutuhan kita akan kelangsungan hidup kita. Khususnya, untuk istri dan anak kita. Keahlian kita hanyalah itu. Dan keahlian kita ini, bukanlah keahlian yang sembarangan, bukan keahlian yang sepele. Tapi, memerlukan pengorbanan dan perjuangan keras. Mentalitas yang tinggi, solidaritas antar teman yang kuat serta tingkat kehati-hati-an yang tinggi. Jadi pekerjaan kita ini, pekerjaan yang mempunyai resiko yang cukup tinggi. Otak kita harus cerdas, karena selalu mengamati keadaan dan situasi. Berapa teman-teman kita yang sudah menjadi korban, karena pekerjaan ini. Mereka banyak yang mati. Ada yang dibantai massa, ditembak aparat dan yang paling ringan dipenjara. Itulah resiko dari pekerjaan ini. Perlu kalian ketahui, jaman ini jaman maling. Siapa yang tidak maling tidak keduman. Dari atas sampai bawah semuanya maling. Bedanya hanya penampilan dan tempatnya. Kita maling biasa hidup ditempat kumuh. Dan penampilan kita asal-asalan. Tapi kalau yang di atas, mereka berseragam, mereka digaji, ruangannya ber-ac, sejuk. Tapi tetap saja mereka mencuri uang negara. Saya mau tanya pada kalian, siapa yang maling ? Kita atau mereka ? Kita maling karena kebutuhan pekerjaan yang semakin sempit, kadang kesempatan kerja dibatasi. Dan hanya untuk mereka yang bisa nyogok dengan uang pelicin. Kita apa ? Uang saja tak punya, ijazah pas-pas an.Koneksi nggak punya. Kemauan ada, tapi kenyataan ternyata pahit rasanya. Koneksi dan nepotisme sudah menjadi berhala. Mereka semuanya disembah-sembah. Tak ada kesempatan untuk kita. Makannya, kita jadi dipaksa oleh keadaan untuk menjadi maling. Dengan melihat situasi, kondisi serta toleransi yang terjadi saat ini ,maka saya memutuskan bahwa ; KITA HARUS BERHENTI JADI MALING ! “

Semuanya : Lho, Boss kok….

Ketua Maling :Karena kita, memang ditakdirkan sebagai orang-orang yang kalah. Kesempatan apapun sudah tidak ada. Mau jadi maling saja, sudah diambil mereka yang di atas. Karena yang biasa kita curi sudah tidak ada. Rakyat kecil yang biasa menjadi korban dari pekerjaan kita, sudah tidak punya apa-apa, karena tanah dan hartanya sudah di ambil para pejabat-pejabat yang di atas itu. Rakyat kita sudah terlalu miskin, tak punya apa-apa.Kalau rakyat miskin, kita akan mendapatkan apa ?Kita tidak akan pernah mendapatkan apa-apa. Sekian pidato saya. Terima Kasih.

( Semuanya ndlongop, sekan tak percaya )

Maling I : Lha kalau tidak jadi maling, kita akan cari makan, piye ?

Maling II : Apa istri dan anak-anak kita harus makan batu ?

Maling III : Padahal batu sekarang juga sebagai barang berharga.Mahal harganya.

Maling IV : Berarti kita tak bisa makan apa-apa.

Maling V : Yang paling gampang makan angin.

Maling I : Makan angin ? Angin sekarang sudah kotor penuh dengan polusi.

Maling II : Matek wae….!!!

Semuanya : BETUL MATI SAJA!!

( Semua maling terduduk lesu, memikirkan nasib mereka. Wajah mereka kosong. Ketua

Maling bergerak ke arah pojok, dia ingin menyendiri tak ingin di ganggu )

( LAMPU PADAM )

ADEGAN II

( Datang seorang pejabat berseragam membawa dua Ajudan yang sangat kemaki )

Pak Pejabat : Selamat Siang, Bapak-Bapak.

( Semuanya diam )

Pak Pejabat : Selamat siang, Bapak-Bapak.

( Masih diam )

Ajudan I : Hey,…kalian semua yang disini. Boss saya ini ngucapkan salam pada kalian, kenapa tidak kalian jawab ?

Ajudan II : Ayo jawab !

( Masih Diam )

Pak Pejabat : Coba saya ulangi lagi. Selamat siang, Bapak-Bapak.

Semuanya : Siang ( males-malesan )

Ajudan I : Jawab yang tegas, dong !. Jangan begitu, dong !

Semuanya : Siang, Pak.

Pak Pejabat : Bagus. Mana Ketua kalian ?

Maling I : ( Menujuk ke salah satu sudut )

Pak Pejabat : Tolong, panggilkan !

Maling II : Boss, ada tamu.

Ketua Maling : Siapa ?

Maling III : Bapak berseragam.

Ketua Maling : Mau apa ?

Maling IV : Tidak tahu

Pak Pejabat : Katakan kepada Ketuamu, ini persoalan penting.

Maling IV : Katanya, persoalan penting.

Ketua Maling : Pentingnya kayak apa ?

Pak Pejabat : Katakan, penting sekali

Maling IV : Katanya, penting sekali.

( Akhirnya ketua maling mau menemui Pak Pejabat )

Ketua Maling : Oh bapak rupanya. Ada apa, Pak ?

Pak Pejabat : Hiya saya, Bung. Saya ada perlu sebentar dengan anda.

Ketua Maling : Pentingkah ?

Pak Pejabat : Sangat penting. Ini menyangkut kelangsungan hidup kita.

Ketua Maling : Kita ?

Pak Pejabat : Hiya kita.

Ketua Maling : Lho kenapa harus kita ? Kita sangat berbeda, Pak. Bapak berseragam sebagai aparat negara, sedangkan kami, kelompok maling yang sudah tersingkir.

Pak Pejabat : Aduh Si Bung ini, seperti tidak tahu saja.

Kita kan hanya berbeda penampilan saja. Sudahlah, yang penting sekarang ini kita harus bekerja sama. Si Bung dapat proyek, kami dapat proyek. Karena ini perintah atasan saya. Dan atasan saya tahu persis sepak terjang dari Si Bung.

Ketua Maling : Proyek apa ?

( Mereka memperagakan secara gerak, adegan tanpa dialog. Mereka seperti mengadakan

kerja sama . Mereka saling berbisik, penuh rahasia )

Pak Pejabat : Deal.

Ketua Maling : Deal.

( Saling berjabat tangan )

Pak Pejabat : Baik, sekarang saya pamit pulang, dulu.Wasssalam.

( Pak Pejabat dan dua ajudan EXIT )

(LAMPU PADAM )

BABAK II

ADEGAN III

SETTING : Sebuah kantor pemerintahan.

( Tampak rombongan maling sekarang berubah menjadi seorang pejabat tinggi )

Ketua Maling : Puas rasanya sekarang ini. Kita bisa menikmati hidup ini.

Maling I : Dulu, kita kerjanya hanya maling. Yah, paling hanya maling tivi, maling tape, maling kawat telepon. Tapi sekarang keadaan kita berubah.

Maling II : Sekarang jabatan kita sebagai, pejabat tinggi pemerintah.

Maling III : Dulu maling, sekarang jadi pejabat tinggi. Memang aneh hidup di dunia ini. Segalanya serba absurd. Nggak pasti, dan tidak jelas. Yah, memang seperti roda yang sedang berputar

Maling IV : Kadang di atas, kadang di bawah.

Maling V : Sekarang kita tinggal perintah, semua orang akan tunduk pada kita.

Ketua Maling : Ini semua atas jasa, Pak Pejabat yang dulu datang pada kita.

Maling I : Memangnya dulu Pak Pejabat ngomong apa tho, Bos ?

Maling II : Hiya betul, Bos. Dulu Pak Pejabat nawari apa tho, Bos ? Kok sekarang kita dikasih jabatan sama Pak Pejabat itu.

Ketua Maling : Hiya. Dulu Pak Pejabat nawarin aku, untuk menggusur kampung-kampung kumuh yang ada di dekat stasiun, terminal dan pasar. Makanya, dulu kalian ini tak perintah untuk mencuri harta mereka. Pada waktu mereka kebingungan untuk mencari harta mereka yang hilang, aku suruh sebagian dari kalian untuk membakar kampung mereka. Dengan dalih akibat arus pendek listrik akhirnya terjadi kebakaran. Dengan cara itu, mereka mau kita gusur. Dan akhirnya, tujuan dari Pak Pejabat itu tercapai. Sebagai hadiahnya kita mendapat jabatan tinggi dan kekayaan yang yang melimpah.

Maling III : Tapi, Bos….

Ketua Maling : Sudahlah kita akhirnya sugih mblegedhu….

Maling IV : Lha, terus yang proyek kita menjual beras itu, Bos.?

Ketua Maling : Lha, kalau itu, begini. Beras bantuan dari pihak asing kita jual kepada juragan beras yang kaya-kaya. Dan kita ganti dengan beras murahan. Nggak apa-apa, rakyat kita sudah biasa kok dengan beras murahan. Nanti kalau terlalu bagus berasnya, nggak baik buat perut. Nanti ndak jadi ketagihan. Nah, uang hasil dari menjual beras itu, kita bagi. 50 % untuk para pejabat yang memberi proyek kepada kita, yang 50 % untuk kita. Makanya kalian sekarang punya mobil kinclong dan mak nyesss ..gleser-gleser.

Maling V : Kalau boleh tahu. Boss kenal dengan Pak Pejabat itu di mana dan kapan ?

Ketua Maling : Oh itu, tho. Kami dulu sama-sama mendekam dalam penjara.

Maling V : Lho jadi, Pejabat itu pernah di penjara, tho ?

Ketua Maling : Hiya, pernah 10 tahun yang lalu.

Maling V : Maling apa, Bos ?

Ketua Maling : Dia dipenjara bukan karena maling. Tapi karena kasus politik,karena melawan penguasa pada jaman itu. Setelah keluar dari penjara, dan pada waktu itu terjadi Reformasi.Karena dianggap sebagai tokoh yang bisa menggulingkan penguasa yang terdahulu, oleh penguasa yang baru, dijadikanlah dia sebagai seorang Pejabat penting.Dikarenakan jasa-jasanya dalam penggulingan penguasa yang lama. Yah,hampir selama 10 bulan kita sama-sama 1 sel di penjara. Makanya dia kenal dengan profesi saya sebagai seorang maling.

Semuanya : Oh begitu tho, ceritanya. Jadi mudeng kita ini.

Ketua Maling : Sudah sekarang kalian harus kembali bekerja.

( LAMPU PADAM )

BABAK III

ADEGAN IV

SETTING : Sebuah tempat yang sepi di pinggir kota.

( Terjadi pembicaraan rahasia antara Pak Pejabat dengan seorang aparat hukum )

Pak Hukum : Betul informasi anda ?

Pak Pejabat : Lha hiya betul, no. Masak saya ndobos.Saya seorang pejabat, he.

Pak Hukum : Valid dan terpercaya, tidak ?

Pak Pejabat : Lho…lho..Anda ini gimana, tho ? Ya jelas valid, jelas terpercaya.Saya pejabat, he.

Pak Hukum : Masalahnya begini, Pak. Sekarang ini banyak orang yang menipu…

Pak Pejabat : Berarti anda menuduh saya sebagai seorang penipu ?

Pak Hukum : (Ketakutan ) Bbbbuuukan begitu maksud saya, Pak.Maksud saya, kalau saya disuruh menangkap orang yang tidak bersalah, nanti saya dan jajaran kami yang malu, Pak.

Pak Pejabat : Sudahlah percaya dengan omongan saya ini. Saya tidak bohong. Bahwa, orang-orang itu yang mencuri beras rakyat dan menarik uang pelicin bagi orang-orang yang menginginkan proyek pemerintahan. Mereka itu kelompok koruptor, Pak . Ini data-datanya ( sambil menyerahkan setumpuk berkas ). Mereka itu dulu kelompok maling, dan sekarang punya kesempatan menjabat posisi yang strategis di pemerintahan. Kalau dulu, profesinya maling ya tetap maling. Ra yo ngono tho, Pak ? Ngomong-ngomong, kalau bapak bisa menangkap barisan-barisan maling itu, Bapak akan kami Rekomendasi-kan ke atasan saya, untuk bisa di-Promosikan ke jabatan yang lebih tinggi dan basah.Bagaimana, Pak ? Bapak mau tho dikasih jabatan tinggi dan basah kenyes-kenyes ? Dan ini sedikit untuk beli bensin dan rokok. ( Menyerahkan amplop )

Pak Hukum : ( malu-malu untuk menerima amplop tersebut, tapi tetap saja diterima )Annnu..mmmau itu, yang kenyes-kenyes itu

Pak Pejabat : Kalau mau yang kenyes-kenyes, ya segera ditindak lanjuti !

Pak Hukum : Bbbbaaikk,Kalau begitu akan segera kami tindak lanjuti .

Pak Pejabat : Hiya, monggo. Itu kan tugas bapak sebagai aparat hukum.

Pak Hukum : Baik. Saya permisi dulu ( JAKSA EXIT )

( Dengan gaya nya Pejabat itu kelihatan senang, karena tujuannnya tercapai )

Pak Pejabat : Ha…ha…ha.Modar kalian. Besok kalian akan masuk penjara sebagai koruptor, maling beras rakyat. Maling ya tetap maling.Setelah ini, namaku akan terkenal, Jabatanku akan naik. Dan kekayaanku akan bertambah banyak, karena bisa mengungkap kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat gadungan. Ha…ha…ha..ha. Setelah ini akan aku cari mangsa yang lain. Ha…ha…ha ( Tertawa terus EXIT )

( LAMPU PADAM )

BABAK IV

ADEGAN V

SETTING : Sebuah kampung kumuh.

( Banyak berkumpul rakyat kecil. Di situ ada Pak Pejabat dan dua ajudannya yang sedang

menjelaskan sesuatu kepada banyak orang )

Rakyat I : Jadi orang-orang mantan maling itu yang mencuri harta benda kita ? Dan juga, membakar kampung kita ?

Pak Pejabat : Betul itu.

Rakyat II : Lha terus tindakan kita, apa ?

Rakyat III : Ya kita hajar saja mereka. Kita pukuli, lalu kita bakar juga mereka !

Pak Pejabat : Eh jangan main hakim sendiri, dong. Itu anarkis namanya. Tidak baik, berdosa itu.

Rakyat IV : Tapi mereka lebih kejam, Pak. Mereka menghancurkan harapan kita, Pak.Harta kita telah dicuri oleh mereka. Tanah kita akhirnya digusur oleh mereka.

Pak Pejabat : Sudah serahkan segala urusannnya sama saya.

Rakyat V : Caranya bagaimana, Pak ?

Pak Pejabat : Tenang saja. Asal kalian tahu sama tahu….

Rakyat I : Maksudnya, Pak ?

Pak Pejabat : Kalian ini bagaimana, tho ? Urusan ini bukan urusan gampang. Semua perlu biaya. Dan biayanya tidak sedikit.

Rakyat II : Jadi….

Rakyat III : Bapak perlu biaya ? Tapi kami tidak punya uang, Pak.

Pak Pejabat : Itu gampang. Begini. Nanti setelah barisan maling itu tertangkap oleh aparat hukum, dengan jeratan pasal-pasal kriminalitas dan subversif. Nanti tak usahakan tanah kalian yang digusur akan kami kembalikan kepada kalian. Lalu…

Rakyat IV : Lalu bagaimana, Pak ?

Pak Pejabat : Lalu …,masing-masing dari kalian harus rela menyerahkan ¼ tanah kalian kepada saya. Bagaimana ? Hanya ¼ . Tidak banyak, kok.

Rakyat V : Tapi, Pak.

Pak Pejabat : Ya sudah kalau kalian tidak mau. Saya juga tidak apa-apa, kok. Niat saya kan baik, hanya ingin menolong kalian. Saya kerja begini ini, juga tidak gratisan. Saya perlu makan, perlu bensin dan keperluan yang lain. Bagaimana ? Saya jamin 100 % tanah kalian yang dulu di gusur, pasti akan kembali. ( Menghela napas sebentar ) Baik. Akan saya beri waktu sebentar, untuk berembug.

( Para rakyat akhirnya saling berembug )

Pak Pejabat : Bagaimana ? Sudah ada kesepakatan ?

Rakyat semuanya : Sudah, pak.

Pak Pejabat : Terus, bagaimana keputusannya ? Menerima tawaran saya atau tidak ?

( Semuanya masih terdiam )

Semuanya : Sebentar ya, Pak. ( Masih Berembug )

Pak Pejabat :Lho lho, bagaimana tho ? Katanya sudah bermusyawarah, kok malah diam. Waktu saya tidak banyak ini.Saya banyak urusan ini. Keputusannya, apa ? Menerima atau tidak ?

Semuanya : Menerima, Pak !

Pak Pejabat : Nahhh. Begitu !! Itu namanya warga yang baik. Kalau sudah setuju dengan tawaran saya, sekarang kita buat perjanjian. Perjanjian hitam di atas putih.

( Mereka akhirnya sibuk menandatangani surat perjanjian yang sudah disiapkan

sebelumnya oleh Pak pejabat itu )

Pak Pejabat : Akhirnya semuanya selesai. Saya mengucapkan terima kasih atas segala bentuk kerja samanya. Sekarang untuk menindaklanjuti tugas ini, saya mohon pamit dulu. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih. Permisi .

( Pak Pejabat EXIT )

( LAMPU PADAM )

BABAK V

ADEGAN VI

SETTING : Sebuah Rumah Dinas seorang atasan pemerintah.

( Ada pembicaraan antara Pak Atasan dan Pak Pejabat )

Pak Atasan : Bagaimana tugasmu ? Sudah selesai apa belum ?

Pak Pejabat : Semuanya beres. Sesuai dengan misi visi kita, Pak.

Pak Atasan : Bagus….Bagus. Itu yang namanya staff yang baik.

Pak Pejabat : Lha wong saya he, Pak. Jelas teruji,dong. Pokoknya apa yang Bapak perintah, kalau saya yang ngerjakan pasti semuanya beres.

Pak Atasan : Maling-maling itu pokoknya harus segera dilenyapkan. ! Ya dengan cara apa lah. Bosan saya melihat tingkah ulah mereka, gayane kayak pejabat saja. Padahal yah hanya sekelompok barisan maling, yang aku beri jabatan gadungan.

Pak Pejabat :Kalau soal barisan maling-maling itu Pak, semuanya sudah kami atur. Tinggal nunggu timing yang tepat, Pak.

Pak Atasan :Kalau masalah orang-orang kere itu. Mau tho kalau tanahnya diberikan kepada kita ?

Pak Pejabat : Alllaaah, itu persoalan kecil, Pak. Masak Bapak masih menanyakan tugas sepele kayak githu, Pak ?

Pak Atasan : Berarti juga beres, tho ?

Pak Pejabat : Beres, Pak.

Pak Atasan : Bagus…Bagus.

Pak Pejabat : Siapa dulu saya, he.

Pak Atasan : Ya sudah. (Merogoh kantong mengeluarkan segepok uang ) Ini, untuk kamu. Tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk beli perempuan. Hi…hi…hi..

Pak Pejabat : ( Menerima pemberian uang ) Ah, Bapak ini ada-ada saja. Masak saya melakukan kayak githu. Tapi, boleh juga ide Bapak itu.

Pak Atasan : Lambemu…Kalau sudah selesai laporanmu ini, kamu boleh pergi. Saya mau ada meeting dengan pejabat yang lain.

Pak Pejabat : Hiya, Pak. Saya juga harus melanjutkan pekerjaan saya. Terima kasih lho, Pak.Permisi.

Pak Atasan : Hiya…hiya

( SEMUANYA EXIT )

( LAMPU PADAM )

BABAK VI

ADEGAN VII

SETTING : Kantor para pejabat mantan maling.

( Aparat hukum sedang menangkap para mantan maling itu )

Pak Hukum : Kalian di jerat pasal korupsi dan kriminalitas serta mencoba membuat keonaran alias bertindak subversif

Ketua Maling : Tapi, Pak. Kami melakukan itu hanya di suruh oleh ….

Pak Hukum : Diam kamu !! Semuanya sudah kami catat. Dan tidak ada yang menyuruh kalian. Kalian jangan me-fitnah, atau mau tak tambahi pasalnya. Saya gampang saja kok menambahi pasalnya untuk menjerat kalian-kalian ini. Kalau masih ngeyel, tak tambahi, lho !

Maling III : Tidak, Pak. Jangan ditambahi pasalnya, Pak. Kalau bisa dikurangi saja.

Pak Hukum : Apa ? Enak saja, dikurangi. Sudahlah manut saja sama saya. Ngaku saja…

Ketua Maling : Bener,Pak. Kami melakukan ini, karena di suruh, Pak.

Pak Hukum : Kalian ini sudah salah, masih saja mengadu domba. Sekarang saya mau tanya sama kalian.

Maling IV : Tanya apa, Pak ?

Pak Hukum : Dulu, profesi kalian ini apa ?

Semuanya : Tukang, Pak.

Pak Hukum : Ayo jawab yang bener !! Tukang tukang, apa ?

Semuanya : ( Malu-malu ) Tukang maling, Pak.

Pak Hukum : Naaah !! Yo wis, kalau maling ya tetap maling. Maling itu tempatnya di penjara. Bukan di sini. Sekarang kalian ikut saya ke kantor, untuk kami proses.

Semuanya : Tapi, Pak.

Pak Hukum : Tidak ada tapi-tapian !! Ayo ayo,semuanya ikut saya ke kantor !!

( SEMUANYA EXIT )

( LAMPU PADAM )

BABAK VII

ADEGAN VIII

SETTING : Sebuah penjara yang kecil.

( Barisan maling sedang merenungi nasibnya )

Maling I : Bagaimana ini, Boss ? Kita kok malah di penjara.

Maling II : Hiya, Boss. Kita telah ditipu oleh Pak Pejabat itu.

Maling III : Kita memang orang bodoh. Yang gampang kena tipu daya orang-orang yang berduit dan punya kekuasaan.

Maling IV : Duh simbokkkk. Hidup kok sulit sekali ditebak. Dulu maling, dulu pejabat sekarang di penjara.

Maling V : Sekarang kita bagaimana ini ? Bagaimana, Boss ?

Ketua Maling : ( Pikirannnya menerawang )” TERNYATA HARTA DAN KEKUASAAN BUKANLAH SEGALA-GALANYA. MEREKA DATANG HANYA SESAAT, LALU MENGHILANG. YANG DI DAPAT HANYA KEHAMPAAN. TAK ADA YANG ABADI HIDUP DI DUNIA INI. SEMUANYA SEMU. SEBAGAI MALING, AKU BANGGA DENGAN PROFESIKU. HANYA PROFESI BUKAN TUJUAN. TUJUAN KITA MULIA, INGIN MENGHIDUPI KELUARGA KITA. TAPI, KETIKA KENYATAAN YANG KITA HADAPI SEKARANG INI, KITA BUKANLAH MALING. TAPI KITA ADALAH ORANG-ORANG YANG SUDAH DIMALING. HARAPAN KITA TELAH DIMALING. HIYA, KITA DI MALING OLEH ORANG-ORANG YANG PUNYA HATI MALING. SIAPA YANG MALING SEJATI SEBENARNYA ? SIAPA YANG MALING ?

( LAMPU PADAM )

SELESAI

Klaten, 25 Desember 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo kasih komentar, komentar anda berguna bagi saya :